📌 MAROKO133 Breaking gadget: Target 400 Juta Pengguna Galaxy AI, Samsung Kebut Lew
Jakarta, Gizmologi – Tren meningkatnya integrasi AI dalam kehidupan sehari-hari didorong oleh populasi muda yang melek teknologi dan menjadi garda terdepan dalam penerapan teknologi ini. Berdasarkan data internal Samsung, 77% pengguna di regional Asia Tenggara dan Oceania ini sudah menggunakan Galaxy AI, dan di Indonesia angkanya bahkan lebih tinggi, yaitu 78%.
Raksasa teknologi asal Korea Selatan tersebut memiliki keyakinan bahwa konsumen Indonesia akan semakin menjadikan fitur AI sebagai bagian dari gaya hidup mereka. “Selama lebih dari satu dekade kami telah mendedikasikan diri untuk mengembangkan AI agar dapat menghadirkan pengalaman yang tidak hanya cerdas, tetapi juga menyatu alami dengan kehidupan sehari-hari, saat bekerja, bermain, dan berkomunikasi,” ujar CU Kim, President & CEO, Samsung Electronics Southeast Asia and Oceania.
Ia menambahkan, tujuan perusahaan adalah mendemokratisasi AI, memastikan teknologi ini dapat memberikan manfaat nyata di berbagai rentang harga dan profil pengguna, tanpa terkecuali, terlepas dari tingkat literasi teknologi mereka. Peluncuran Galaxy S25 FE menjadi wujud nyata ambisi tersebut, dengan menghadirkan pintu masuk yang terjangkau menuju inovasi setara flagship, sehingga lebih banyak pengguna bisa merasakan manfaat dari ekosistem perangkat dan layanan Samsung yang terintegrasi.
“Hingga tahun lalu, Galaxy AI telah hadir di lebih dari 200 juta perangkat, dan target kami adalah memperluasnya hingga lebih dari 400 juta perangkat pada akhir 2025”.
CU Kim – Samsung
“Hingga tahun lalu, Galaxy AI telah hadir di lebih dari 200 juta perangkat, dan target kami adalah memperluasnya hingga lebih dari 400 juta perangkat pada akhir 2025,” ujarnya.
Galaxy S25 FE Hadirkan Galaxy AI yang Lebih Terjangkau
Sebagai pintu masuk ke lini S series, Galaxy S25 FE menghadirkan pengalaman yang lebih mudah diakses, membawa fitur-fitur canggih Galaxy AI, dukungan pembaruan perangkat lunak jangka panjang, serta performa andal untuk lebih banyak pengguna di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Setiap perangkat dalam seri Galaxy S25 dikembangkan dengan tujuan yang jelas untuk menjawab beragam kebutuhan pengguna, mulai dari mereka yang menginginkan inovasi terkini hingga yang mencari performa kuat untuk penggunaan sehari-hari.
Dengan Gen Z dan Milenial yang mewakili porsi besar dari populasi Indonesia, Galaxy S25 FE dirancang khusus untuk generasi muda digital native yang mengutamakan media sosial, pembuatan konten, dan hiburan. Perangkat ini hadir untuk mendukung gaya hidup ekspresif dan berorientasi pada kebutuhan hiburan mereka, sekaligus menjadi smartphone paling “worth it” bagi segmen pengguna ini.
Galaxy S25 FE juga memperkuat portofolio Samsung secara menyeluruh dengan menghadirkan integrasi Galaxy AI yang menyatu dalam kehidupan sehari-hari, memberikan manfaat bagi kreativitas, produktivitas, hingga komunikasi. Dilengkapi dengan One UI 8 sejak pertama digunakan, pengguna bisa langsung menikmati pengalaman Galaxy AI terbaru dan produktivitas multimodal.
Sementara itu, sistem kamera setara flagship di Galaxy S25 FE yang didukung ProVisual Engine berbasis AI dan fitur-fitur AI seperti Generative Edit serta Audio Eraser, memungkinkan pengguna untuk membuat, mengedit, dan membagikan konten dengan lebih mudah dan tanpa batas.
“Komitmen jangka panjang Samsung untuk Indonesia tidak hanya berhenti pada inovasi produk, tetapi juga dalam membentuk masa depan digital bangsa melalui investasi pada talenta, dukungan terhadap kemitraan lokal, serta kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi,” imbuh Kim.
Dijelaskan lebih lanjut, pabrik smartphone dan tablet Samsung di Cikarang, Jawa Barat, telah mengekspor lebih dari 12 juta unit sepanjang 2015–2024 dan membuka lebih dari 11.000 lapangan kerja. Selain itu, tim Samsung R&D Institute Indonesia berperan penting dalam menghadirkan dukungan bahasa Indonesia di Galaxy AI. Melalui program seperti Samsung Innovation Campus dan Solve for Tomorrow, Samsung juga telah membekali lebih dari 51.000 pelajar dengan keterampilan di bidang AI, IoT, dan coding.
Kim menegaskan perusahaan berkomitmen penuh dalam mendukung masa depan digital Indonesia, yang tercermin dari cara mewujudkan visi AI. Bukan hanya lewat inovasi flagship, tetapi juga melalui pengalaman yang bermakna, personal, dan intuitif di seluruh ekosistem untuk menjawab kebutuhan pengguna Indonesia yang terus berkembang.
Dengan lebih dari 800 store Samsung di Indonesia, kami juga memperluas kesempatan bagi konsumen untuk merasakan langsung keunggulan Galaxy AI. Melalui perpaduan inovasi produk, jaringan ritel yang kuat, dan integrasi ekosistem, Samsung berada pada posisi yang tepat untuk mendukung konsumen di Asia Tenggara dengan teknologi yang memberdayakan, menginspirasi, dan menghubungkan.
Artikel berjudul Target 400 Juta Pengguna Galaxy AI, Samsung Kebut Lewat Galaxy S25 FE yang ditulis oleh Redaksi pertama kali tampil di Gizmologi.id
đź”— Sumber: www.gizmologi.com
📌 MAROKO133 Hot gadget: Review DJI Mic 3: Mikrofon Nirkabel Kelas Flagship dalam B
Bagi Gizmo friends, dalam sebuah video apakah lebih penting kualitas visual atau audio? Bagi saya pribadi, keduanya sih tergolong penting ya. Tetapi untuk jenis konten video tertentu seperti podcast, atau vlog yang mungkin tidak begitu banyak menawarkan sesuatu yang baru, rasanya lebih penting kualitas audio jempolan supaya tidak bosan, atau lebih nyaman mendengarkan jalannya diskusi. DJI Mic 3, hadir sebagai opsi terbaik walaupun dimensinya bikin saya salah sangka.
Oke sedikit pengakuan: awalnya saya sempat mengira kalau DJI Mic 3 hadir sebagai suksesor DJI Mic Mini (karena dimensinya, tentu saja). Lalu saja sempat kaget kalau mikrofon terbaru DJI satu ini, hadir menggantikan DJI Mic 2, yang secara dimensi jauh lebih besar. Rasanya cukup mengesankan di mana DJI bisa membuat semuanya lebih kompak mulai dari transmitter sampai charging case, namun tetap bisa hadirkan peningkatan seperti daya tahan baterai lebih awet.
Mungkin untuk sebagian orang, mikrofon satu ini tergolong overkill. Tapi menurut saya, DJI Mic 3 berpotensi laris di pasaran berkat form factor-nya yang sangat versatile, sehingga pas untuk lebih banyak orang. Mau dipakai kasual atau dikonfigurasikan lebih lanjut untuk produksi lebih serius, juga bisa. Berikut ulasan DJI Mic 3 selengkapnya.
Desain
Dibandingkan generasi sebelumnya, desain DJI Mic 3 dibuat jauh lebih kecil, sangat mendekati versi Mic Mini. Namun, tetap membawa ciri khas seperti permukaan bodi plastik keras di luar yang dibuat sedikit transparan untuk memperlihatkan komponen di dalamnya. Iya, materialnya plastik, tapi terasa cukup solid dan dengan permukaan matte yang jauh dari kesan murah.
Bobot transmitter milik DJI Mic 3 hanya 16 gram saja, sementara receivernya punya dimensi yang rasanya masih kurang lebih sama seperti sebelumnya. DJI menyertakan charging case yang menurut saya sangat praktis dan cerdas—bisa menampung dua transmitter dan receiver (sekaligus otomatis isi daya), punya sambungan USB-C untuk isi semua perangkat di dalamnya, dan mekanisme magnet untuk menyimpan klip di sisi penutup case (plus meletakkan kabel audio tambahan).
Bahkan, rumah untuk masing-masing transmitter dirancang agar kamu bisa meletakkannya meski sedang terpasang klip magnet berbeda, plus windscreen, jadi nggak perlu dicopot dulu agar case bisa tertutup. Dan kembali fokus ke transmitter DJI Mic 3, desainnya pun nggak kalah cerdas—permukaan magnet di belakang membuat kamu bisa menempelkan plat magnet atau klip magnet yang bisa diputar 360 derajat.
Lewat mekanisme tersebut, kamu bisa menempelkannya ke obyek mana pun. Ingin membuat video ASMR saat memasak? Sematkan saja transmitter ke bagian spatula atau pisau. Hobi bikin konten DIY? Bisa ditempelkan ke gunting sembari memotong kertas atau lainnya. Desain DJI Mic 3 yang semakin mungil membuat skenario penggunaannya jauh lebih versatile.
Apakah ada yang dipangkas untuk membuat transmitter DJI Mic 3 menjadi lebih mungil? Ada, yakni tidak lagi punya port 3.5mm yang kemudian bisa disambungkan dengan lavalier. Bagi saya pribadi sih bukanlah sebuah kekurangan berarti, namun mungkin berbeda dengan Gizmo friends yang punya use-case berbeda.
Pengoperasian
Bagi saya yang nggak punya banyak pengalaman mencoba mikrofon kelas wahid, menggunakan DJI Mic 3 tergolong mudah. Istilahnya, kalau mau langsung pakai dengan eksplor sendiri apa yang ditampilkan dari transmitter dan melihat aksesori yang disematkan dalam paket penjualan, bisa-bisa saja. Hanya memang, alangkah baiknya untuk menonton tutorial singkat atau melihat panduan penggunaan terlebih dahulu.
Karena dalam perjalanannya menggunakan DJI Mic 3, saya sempat alami beberapa momen kebingungan. Seperti bagaimana menyambungkan transmitter ke smartphone, dan “kok file suaranya terpisah ya dari tiap transmitter?” Iya, ternyata saya lupa mematikan fitur perekaman stereo saat rekam podcast. Kabar baiknya, banyak sekali video panduan yang dibuat oleh DJI, maupun dari para kreator global lainnya. Dan semuanya sangat-sangat mudah untuk dipahami.
Ketika charging case dibuka, semua perangkat di dalam otomatis aktif, termasuk transmitter yang layarnya langsung menunjukkan tingkat baterai sekaligus durasi penyimpanan pada masing-masing transmitter—ya, DJI Mic 3 memiliki memori penyimpanan 32GB yang bisa rekam file audio 24-bit (single file) sampai lebih dari 57 jam. Memori yang sudah sangat lega, jadi nggak perlu terlalu sering memindahkan hasil rekaman ke penyimpanan lain.
Angkat masing-masing perangkat, dan secara otomatis standby, siap untuk diaktifkan. Pada masing-masing transmitter, juga ada tombol power untuk memulai/hentikan perekaman sampai mengaktifkan noise cancelling, serta tombol link khusus. Yang lebih penting, tentu receiver DJI Mic 3. Di sisi atas, terdapat sebuah layar kecil dengan panel OLED yang punya input sentuh.
Walaupun terlihat sangat kecil, DJI menyajikan tampilan antarmuka dan gestur yang membuat saya bisa mengoperasikan fiturnya secara mudah menggunakan jari—atau juga bisa terbantu dengan tombol dial di sebelah kanannya. Mulai dari pemilihan kualitas audio, mengaktifkan opsi lossless hingga lainnya.
Fitur
Bagian ini menurut saya bisa menjadi salah satu justifikasi utama mengapa harga DJI Mic 3 relatif mahal, atau bisa dianggap sebagai mikrofon nirkabel kelas flagship. Karena setelah dilihat satu persatu dari fitur yang ditawarkan, benar-benar komplit dan cocok untuk penggunaan tingkat profesional. Mulai dari kustomisasi sampai kualitas audio yang bisa didapat.
Mungkin membahas tiga fitur baru DJI Mic 3 yang paling berguna bagi saya dan rasanya banyak pengguna mainstream; Adaptive Gain Control, voice tone presets, dan noise cancelling. Yang terakhir tentu sudah umum didengar ya, di mana DJI Mic 3 bisa kasih dua opsi tingkatan berbeda. Untuk voice tone presets, kamu bisa set ke “Rich” untuk output suara yang terdengar lebih berat/nge-bass sedikit, atau “Bright” yang lebih mengedepankan clarity. Fitur yang memudahkan, nggak perlu edit secara manual.
Nah, untuk Adaptive Gain Control, bisa mencegah hasil perekaman audio jadi kurang seimbang kalau ada sumber suara yang tiba-tiba kencang (mungkin dalam situasi seperti suasana luar ruangan). Ada dua mode yang bisa dipilih, yakni Automatic yang pas digunakan di hampir semua skenario, atau Dynamic yang pas untuk latar indoor pada sebuah studio misalnya.
Selain tiga fitur di atas, tentu ada opsi untuk rekam suara dalam format mono atau stereo. Juga ada opsi “dual track” yang memungkinkan DJI Mic 3 untuk hasilkan dua output berbeda—versi yang lebih raw, dan yang sudah ditingkatkan dengan opsi voice enhancement pilihan di atas. Sela…
Konten dipersingkat otomatis.
đź”— Sumber: www.gizmologi.com
🤖 Catatan MAROKO133
Artikel ini adalah rangkuman otomatis dari beberapa sumber terpercaya. Kami pilih topik yang sedang tren agar kamu selalu update tanpa ketinggalan.
✅ Update berikutnya dalam 30 menit — tema random menanti!