π MAROKO133 Update gadget: Samsung Galaxy S26 Pro Diprediksi Pakai Exynos 2600, Pe
Jakarta, Gizmologi – Sumber industri menyebutkan bahwa Samsung tengah mempersiapkan rangkaian model baru, Galaxy S26 Pro, S26 Edge, S26+, dan S26 Ultra. Dari seluruh jajaran, Galaxy S26 Pro menjadi sorotan utama karena disebut akan menjadi perangkat pertama yang mengadopsi chipset 2nm buatan internal, Exynos 2600. Langkah ini menunjukkan ambisi Samsung untuk kembali mengukuhkan posisi sebagai pemain utama dalam pengembangan chipset mobile.
Tren penggunaan chipset berbeda di tiap wilayah juga diprediksi akan dipertahankan. Dalam laporan terbaru, Galaxy S26 Pro disebut akan menggunakan Exynos 2600 di sebagian besar pasar global, sementara Amerika Serikat dan China kemungkinan tetap akan kebagian varian dengan Snapdragon 8 Elite Gen 5.
Meski belum diumumkan secara resmi, keputusan ini kembali membuka perdebatan lama: apakah Exynos sudah cukup matang untuk bersaing langsung dengan Snapdragon? Samsung diyakini ingin membuktikan bahwa mereka kini tidak hanya bergantung pada Qualcomm, melainkan siap bersaing head-to-head lewat teknologi fabrikasi terbaru dan arsitektur CPU yang lebih agresif.
Baca Juga: Samsung Umumkan ISOCELL HP5, Sensor Kamera 200MP dengan Piksel 0,5Β΅m Pertama di Dunia
Exynos 2600 Sebagai Chipset 2nm Pertama dan Taruhan Besar Samsung
Exynos 2600 dikabarkan akan menjadi chipset mobile pertama berbasis fabrikasi 2nm yang hadir di pasar komersial. Mengusung konfigurasi CPU deca-core (1+3+6), chip ini disebut menawarkan efisiensi daya lebih tinggi sambil meningkatkan performa multi-core secara signifikan. Produksi massalnya dilaporkan sudah dimulai bulan lalu, menandakan Samsung ingin unggul selangkah dari kompetitor yang masih berada pada tahap pengujian 2nm.
Jika berhasil, Exynos 2600 bisa menjadi titik balik reputasi Samsung setelah kritik yang diterima pada era Exynos 2200 dan 2400. Namun, keberhasilan Exynos juga sangat ditentukan oleh stabilitas performa, manajemen panas, dan integrasi GPUβarea yang selama ini menjadi keunggulan Snapdragon. Pengalaman pengguna di lapangan, terutama di segmen gaming dan AI on-device, akan menjadi penentu penerimaan chipset ini.
Di sisi lain, kehadiran varian Snapdragon 8 Elite Gen 5 di pasar tertentu menunjukkan bahwa Samsung tetap berhitung secara bisnis. Pasar Amerika Serikat dan China dikenal lebih sensitif terhadap isu performa, dan Snapdragon memiliki reputasi kuat di mata konsumen di sana. Dengan demikian, Samsung mencoba mengamankan dua hal sekaligus: kebanggaan inovasi internal dan kepercayaan konsumen global.
Strategi Lini Produk dan Kebangkitan Model Plus
Menariknya, Galaxy S26+ yang sempat dikabarkan dihapus kini kembali masuk ke jalur produksi. Keputusan ini muncul setelah performa penjualan Galaxy S25 Edge dinilai kurang memuaskan. Model Plus selama ini menjadi pilihan tengah yang menyeimbangkan harga, ukuran layar, dan fitur flagship, dan Samsung tampaknya tidak ingin kehilangan segmen ini menjelang era kompetisi 2027.
Galaxy S26 Series juga diprediksi akan membawa pembaruan signifikan pada sisi kamera dan AI. Samsung, yang kini bersaing ketat dengan Apple dan Google di sektor komputasi AI mobile, diyakini akan memanfaatkan kekuatan Exynos 2600 untuk menghadirkan fitur pemrosesan gambar generatif, pengeditan otomatis, hingga live translation tanpa koneksi cloud. Jika benar, perubahan ini tidak akan hanya soal hardware, tetapi reposisi Samsung dalam perang AI smartphone.
Namun demikian, konsumen masih menanti klarifikasi resmi soal perbedaan fitur antara varian Exynos dan Snapdragon. Dalam beberapa generasi sebelumnya, performa kamera, efisiensi baterai, hingga efek termal kerap berbeda antara kedua chipset, memicu perdebatan dan bahkan aksi komparasi masif di media sosial. Samsung perlu memastikan bahwa perbedaan chipset tidak menciptakan kesenjangan pengalaman pengguna.
Tanpa peluncuran resmi, rumor Galaxy S26 Series sudah berhasil memancing diskusi global. Di satu sisi, ini menunjukkan antusiasme tinggi terhadap inovasi chipset 2nm dan kejutan dari lini Pro yang baru. Di sisi lain, Samsung tetap menghadapi tantangan klasik: bagaimana membuktikan bahwa Exynos kini layak dipercaya, bukan hanya sebagai pelengkap dari Snapdragon.
Artikel berjudul Samsung Galaxy S26 Pro Diprediksi Pakai Exynos 2600, Persaingan Chipset 2nm Semakin Menarik yang ditulis oleh Christopher Louis pertama kali tampil di Gizmologi.id
π Sumber: www.gizmologi.com
π MAROKO133 Eksklusif gadget: Google Pixel 10 Pro Terbakar Akibat Pengujian Daya T
Jakarta, Gizmologi – Google, melalui Pixel 10 Pro Fold, berupaya meyakinkan publik bahwa perangkat lipat generasi terbaru ini hadir dengan konstruksi lebih kokoh dibanding pendahulunya. Namun, uji ketahanan ekstrem yang dilakukan belum lama ini justru menghadirkan kejadian tak terduga, menimbulkan pertanyaan baru tentang seberapa tahan perangkat lipat terhadap tekanan fisik di dunia nyata.
Pixel 10 Pro Fold sempat dipuji atas desain engsel yang lebih solid, peningkatan material, dan klaim ketahanan pada bagian layar lipat. Namun, perangkat ini tetap membawa warisan problematis dari generasi sebelumnya: titik lemah di jalur antena. Ponsel lipat, dengan kombinasi engsel kompleks dan struktur panel yang lebih rapuh dibanding ponsel slab konvensional, memang cenderung menghadapi dilema antara desain tipis dan kekuatan struktural.
Meski produsen sering menekankan bahwa pengujian ekstrem tidak merepresentasikan penggunaan sehari-hari, insiden terbaru ini tetap memicu reaksi luas. Banyak pengguna mempertanyakan sejauh mana garansi dan klaim ketahanan dapat dipercaya, terutama bagi perangkat premium dengan harga tinggi. Bagi Google, insiden ini menjadi ujian reputasi, antara realitas hardware dan pesan pemasaran.
Uji Bend Test, Retak di Titik Sama, Masalah Lama Belum Tuntas
Uji ketahanan dilakukan oleh Zack Nelson dari kanal YouTube JerryRigEverything, yang dikenal rutin menguji daya tahan perangkat dengan metode gores, bakar, dan tekuk. Pixel 10 Pro Fold dapat melewati sebagian pengujian termasuk uji gores dan engsel.
Patah tersebut menunjukkan struktur bagian samping belum sepenuhnya diperkuat, meskipun Google mengklaim adanya peningkatan internal. Jalur antena, yang membutuhkan celah struktural untuk transmisi sinyal, tampaknya tetap menjadi titik rentan. Hal ini memicu perbandingan dengan pesaing seperti Samsung Galaxy Z Fold atau OnePlus Open, yang dalam beberapa kasus mampu bertahan dari tekanan serupa meski tetap mengalami deformasi.
Namun, penting dicatat bahwa bend test seperti ini bersifat ekstrem dna memang tidak menyerupai tekanan reguler seperti jatuh dari meja atau duduk di atas ponsel dalam saku. Dalam skenario sehari-hari, pengguna tidak akan sengaja menekuk perangkat dengan kekuatan penuh. Meski begitu, fakta bahwa smartphone senilai ribuan dolar dapat patah dengan tekanan tangan tetap menimbulkan kekhawatiran soal durabilitas struktural.
Terjadi Ledakan Baterai, Menjadi Kejadian Langka
Salah satu yang membuat insiden Pixel 10 Pro Fold berbeda dari perangkat lipat lain adalah reaksi baterainya. Setelah kerangka patah, baterai internal langsung meledak dan mengeluarkan asap pekat sesuatu yang belum pernah terjadi pada perangkat lipat dalam pengujian JerryRigEverything. Ini bukan sekadar kegagalan struktural, tetapi potensi risiko keselamatan jika kerusakan fisik mencapai sel baterai Lithium-ion.
Dari perspektif teknis, baterai dari Pixel 10 Pro ini menggunakan baterai Lithium, dan memang sangat sensitif terhadap penetrasi atau tekanan ekstrem. Saat lapisan internal terkompresi atau short-circuit, reaksi termal dapat terjadi dengan cepat. Namun, insiden ini tetap jarang terjadi tanpa pemicu ekstrem. Dalam penggunaan normal, kemungkinan ledakan semacam ini sangat rendah selama perangkat tidak dihancurkan secara paksa.
Google sendiri belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait ledakan dalam uji ketahanan Pixel 10 Pro. Beberapa analis berpendapat, insiden ini lebih merupakan konsekuensi dari uji destruktif ketimbang cacat desain langsung. Meski demikian, publik tetap menuntut transparansi: pengguna ingin tahu apakah perlindungan terhadap baterai sudah dirancang untuk skenario tak terduga seperti jatuh keras atau tekanan ekstrem.
Uji ekstrem bukanlah tolok ukur mutlak, tetapi menjadi cermin penting terhadap batas fisik desain modern. Bagi produsen, durabilitas bukan hanya soal engsel atau layar fleksibel, melainkan keamanan menyeluruh, termasuk manajemen risiko baterai. Bagi konsumen, ini menjadi pengingat bahwa perangkat lipat, sekuat apapun klaimnya, tetap membutuhkan perlakuan ekstra hati-hati.
Artikel berjudul Google Pixel 10 Pro Terbakar Akibat Pengujian Daya Tahan yang ditulis oleh Christopher Louis pertama kali tampil di Gizmologi.id
π Sumber: www.gizmologi.com
π€ Catatan MAROKO133
Artikel ini adalah rangkuman otomatis dari beberapa sumber terpercaya. Kami pilih topik yang sedang tren agar kamu selalu update tanpa ketinggalan.
β Update berikutnya dalam 30 menit β tema random menanti!