MAROKO133 Hot gadget: Trend Micro Siap Bangun Trend Vision One, Fokus Keamanan Siber Berba

📌 MAROKO133 Hot gadget: Trend Micro Siap Bangun Trend Vision One, Fokus Keamanan S

Jakarta, Gizmologi – Trend Micro resmi mengumumkan rencananya untuk menghadirkan Trend Vision One, platform keamanan siber enterprise berbasis AI, yang akan dibangun langsung di Indonesia. Proyek ini ditargetkan rampung pada semester pertama tahun 2026, menjadikannya salah satu langkah strategis perusahaan global dalam memperkuat kedaulatan data nasional. Langkah ini juga menandai pertama kalinya Trend Micro menghadirkan layanan SaaS berbasis AI yang sepenuhnya beroperasi di infrastruktur lokal Indonesia.

Langkah ini bisa dibilang bukan sekadar ekspansi bisnis, melainkan bentuk penegasan posisi Trend Micro di tengah meningkatnya kesadaran akan pentingnya data sovereignty. Dengan regulasi yang semakin ketat, termasuk penerapan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) dan pedoman keamanan OJK, kehadiran pusat data lokal menjadi nilai tambah besar. Namun di sisi lain, langkah ini juga membuka pertanyaan: seberapa siap infrastruktur lokal dan tim operasional untuk memastikan standar keamanan global tetap terjaga di Indonesia?

Indonesia memang menjadi pasar yang sangat menarik bagi pemain keamanan siber global. Dengan ekosistem digital yang berkembang pesat, jumlah serangan siber pun terus meningkat, dari ransomware hingga eksploitasi cloud. Dalam konteks inilah, kehadiran Trend Vision One menjadi solusi yang relevan, meski keberhasilannya nanti tetap akan bergantung pada seberapa baik Trend Micro bisa menyesuaikan teknologi global mereka dengan kebutuhan dan tantangan lokal.

Baca Juga: Perjuangan UMKM Shopee, Zenitha Coba Bangkitkan Bisnis untuk Keluarga

Trend Vision One: Platform Komprehensif Berbasis AI untuk Era Risiko Digital

Trend Vision One diklaim sebagai satu-satunya platform keamanan enterprise berbasis AI yang menggabungkan Cyber Risk Exposure Management (CREM), operasional keamanan, dan perlindungan multi-layer dalam satu ekosistem. Dengan pendekatan ini, Trend Micro ingin membantu perusahaan tidak hanya bereaksi terhadap serangan, tetapi juga memprediksi dan mencegah ancaman sejak dini. Klaim ini diperkuat dengan data internal perusahaan yang menyebutkan bahwa penggunaan Trend Vision One dapat mengurangi risiko ransomware hingga 92% dan mempercepat deteksi ancaman sebesar 99%.

Platform ini juga memanfaatkan teknologi Trend Cybertron, sistem keamanan proaktif berbasis AI yang menjadi fondasi dari seluruh layanan Trend Micro. Melalui kombinasi teknologi seperti LLM Advantage, Trend Companion AI, serta Zero Day Initiative (ZDI) yang melibatkan lebih dari 450 peneliti global, sistem ini mampu melakukan deteksi cepat terhadap ancaman baru yang belum dikenal (zero-day threats). Fitur seperti digital twin dan integrasi XDR, SIEM, dan SOAR juga memberi perusahaan kemampuan untuk melakukan mitigasi ancaman secara otomatis.

Namun, di balik semua teknologi canggih tersebut, ada sisi realistis yang perlu diperhatikan. Mengintegrasikan begitu banyak sistem ke dalam satu platform bisa menimbulkan kompleksitas tinggi bagi tim IT lokal, terutama jika perusahaan pengguna tidak memiliki tenaga ahli dengan sertifikasi keamanan tingkat lanjut. Selain itu, adopsi solusi enterprise berbasis AI biasanya diiringi dengan biaya lisensi dan implementasi yang tidak kecil—yang bisa menjadi kendala bagi perusahaan menengah yang baru mulai menguatkan postur keamanan siber mereka.

Fokus pada Kedaulatan Data dan Efisiensi Operasional

Salah satu aspek paling menarik dari inisiatif ini adalah fokus Trend Micro pada kedaulatan data nasional. Dengan membangun infrastruktur lokal, seluruh data pelanggan di Indonesia akan disimpan dan diproses di dalam negeri. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk memenuhi persyaratan regulasi seperti UU PDP dan kebijakan keamanan siber OJK, sekaligus mengurangi latensi layanan SaaS. Menurut Fetra Syahbana, Country Manager Trend Micro Indonesia, langkah ini juga akan meningkatkan kecepatan layanan dan memberikan ketenangan bagi pelanggan yang selama ini khawatir data mereka berada di luar negeri.

Langkah ini tentu sejalan dengan tren global di mana isu kedaulatan data semakin menjadi fokus utama, terutama di sektor finansial dan pemerintahan. Namun, membangun dan memelihara infrastruktur keamanan siber di tingkat lokal bukanlah hal mudah. Tantangan utama datang dari kebutuhan sumber daya manusia yang kompeten, serta memastikan semua proses tetap selaras dengan standar internasional yang telah diterapkan Trend Micro di negara lain.

Dari sisi bisnis, langkah ini juga menempatkan Trend Micro dalam posisi kompetitif terhadap pemain lain seperti Palo Alto Networks atau Check Point yang belum memiliki pusat layanan berbasis AI lokal di Indonesia. Namun, agar inisiatif ini benar-benar berdampak, perusahaan perlu memastikan bahwa layanan yang dihadirkan tidak sekadar menjadi copy-paste dari sistem global, melainkan benar-benar adaptif terhadap kebutuhan unik perusahaan Indonesia, mulai dari industri perbankan, manufaktur, hingga UMKM digital yang kini juga semakin rentan terhadap serangan siber.

Dengan membangun Trend Vision One di Indonesia, Trend Micro mengambil langkah besar untuk memperkuat posisinya di industri keamanan siber nasional. Platform ini berpotensi menjadi tonggak penting bagi transformasi digital yang lebih aman dan sesuai regulasi. Meski begitu, keberhasilan implementasinya akan sangat bergantung pada kesiapan infrastruktur lokal, dukungan teknis jangka panjang, serta transparansi dalam pengelolaan data pelanggan.

Artikel berjudul Trend Micro Siap Bangun Trend Vision One, Fokus Keamanan Siber Berbasis AI yang ditulis oleh Christopher Louis pertama kali tampil di Gizmologi.id

🔗 Sumber: www.gizmologi.com


📌 MAROKO133 Update gadget: Perjuangan UMKM Shopee, Zenitha Coba Bangkitkan Bisnis

Jakarta, Gizmologi – Zenitha, salah satu UMKM Shopee membagikan kisahnya dalam membangun bisnis dari keterpurukan hingga bangkit demi keluarga. Cerita ini dibagikan ketika Gizmologi menemui Ryansya Fikri, Owner Zenitha, di kantor dan gudang Zenitha, Jakarta Timur, Kamis (23/10).

Zenitha merupakan brand menjadi peserta Jagoan UMKM Shopee. Dalam acara tersebut Ryansya telah bercerita mengenai perjuangannya untuk menghidupkan usaha keluarga.

”Sesuai dengan cerita di Jagoan UMKM, saya udah dari tahun 2017 pernah jadi engineer, terus 2018 coba jualan baju. Jadi orang tua saya juga jualan baju dengan nama Zenitha. Tapi di tahun 2020 itu hampir mati suri,” ungkap pria yang akrab disapa Fikri.

Baca Juga: Shopee 11.11 Big Sale Beri Ruang UMKM dan Hadirkan Fitur Baru

Perjuangan Zenitha Hingga Menemukan Shopee untuk Tingkatkan Penjualan

Di tahun 2020 tersebut, orang tua Fikri memiliki beberapa brand selain Zenitha. Mereka berjualan kepada reseller atau distributor.

Berpikir akan bisa mendapatkan keuntungan lebih, namun hasilnya penjualan memburuk. Harapan yang masih dipegang oleh orang tuanya di saat itu ialah berjualan madu.

“Tapi di 2023, akhirnya coba jualan di Shopee, jadi di tahun 2022, 2023 coba jualan di Shopee, dan hasilnya baik hingga masuk ke sepuluh besar Jagoan UMUM,” jelas Fikri.

Ia mengaku sebenarnya brand-Nya sudah bergabung ke Shopee sejak 2018 namun baru benar-benar fokus di tahun 2022 hingga 2023. Di tahun tersebut Fikri mengaku tertarik dengan fitur live Shopee.

Zenitha merupakan UMKM yang berfokus ke bidang fashion. Di dalam brand tersebut terdapat bisnis lain yang berasal dari usaha orang tua Fikri namun dijadikan satu.

Jenis fashion yang bisa kalian temukan di brand ini ialah fashion muslim dan lebih fokus untuk perempuan. Meski begitu UMKM satu ini tetap menghadirkan busana muslim set keluarga, atau baju anak-anak hingga remaja.

”Kalau untuk sekarang best sellernya dress ya, atau tunik. Sedangkan kalau di momen lebaran, family setnya yang jadi favorit,” terang Elika Permata Aina Putri, adik Fikri yang ikut membangun Zenitha.

Awal ketertarikan Fikri dengan fitur Shopee Live berbuah manis. Seringnya Zenitha melakukan live, membuat penonton semakin lama bertumbuh.

“Awalnya yang nonton cuma satu atau dua, order-nya cuma tiga doang sehari, terus makin lama, sekarang udah ribuan, ratusan, bahkan kita udah ratusan ribu order di Shopee,” kata Fikri.

Ia juga mengaku menggunakan fitur Shopee Live tidak ada kesulitan. Namun, ada tantangannya yaitu memaksimalkan fitur Shopee.

“Pas mulai jualan tuh, relatif gampang, tinggal produksi dan sebagainya, cuman kalau laku itu yang susah, dan konsisten. Nah akhirnya, saya waktu itu coba belajar banyak, mulai dari seminar-seminar, baca banyak buku, tapi sih kesimpulannya satu, sebenernya kalau di Shopee khususnya, iklannya harus konsisten, affiliate-nya harus jalan, dan juga live-nya harus 24 jam,” ceritanya.

Soal penjualan, dari 2022 hingga sekarang telah meningkat hingga 2000 persen. Brand bisa menjual 3.000 hingga 5.000 produk mereka per bulan, khusus di bulan ramadhan penjualan bisa sampai 15.000 hingga 20.000 produk.

Saat ini, Zenitha memiliki toko di Jakarta dan Bandung, dengan sekitar 32 karyawan. Di Jakarta, mereka fokus untuk studio live, sedangkan di Bandung terdapat penjahit yang jumlah bisa bertambah disesuaikan dengan momen perayaan.

Kedepannya, Fikri mengatakan akan ada banyak persaingan usaha terutama di bidang fashion dengan begitu dia akan berusaha membuat Zenitha bisa menjadi top of mind konsumen dengan busana muslim. Selain itu, ia juga memikirkan bagaimana cara agar memutar modal sehingga bisnis akan terus berjalan.

Artikel berjudul Perjuangan UMKM Shopee, Zenitha Coba Bangkitkan Bisnis untuk Keluarga yang ditulis oleh Zihan Fajrin pertama kali tampil di Gizmologi.id

🔗 Sumber: www.gizmologi.com


🤖 Catatan MAROKO133

Artikel ini adalah rangkuman otomatis dari beberapa sumber terpercaya. Kami pilih topik yang sedang tren agar kamu selalu update tanpa ketinggalan.

✅ Update berikutnya dalam 30 menit — tema random menanti!

Author: timuna