📌 MAROKO133 Breaking gadget: WhatsApp Siapkan Fitur Third-Party Chats di Eropa Edi
Jakarta, Gizmologi – Interoperabilitas aplikasi pesan kini memasuki babak baru. Setelah bertahun-tahun aplikasi chat saling berdiri sendiri dengan ekosistem tertutup, Uni Eropa mulai mendorong keterbukaan melalui Digital Markets Act (DMA).
Regulasi tersebut mewajibkan perusahaan besar seperti Meta untuk membuka akses lintas layanan, memungkinkan pengguna WhatsApp untuk berkomunikasi dengan aplikasi pesan lain. Langkah ini secara teori membuat pasar lebih kompetitif dan memberi pengguna lebih banyak pilihan.
Namun, membuka pintu komunikasi lintas platform bukanlah isu sederhana. Platform pesan modern dibangun dengan sistem keamanan dan standar enkripsi berbeda, sementara WhatsApp sendiri mengandalkan end-to-end encryption (E2EE) sebagai pilar utama privasinya. Ketika interoperabilitas dipaksakan oleh regulasi, pertanyaannya adalah: apakah keamanan tetap bisa dipertahankan? Atau justru fitur baru ini menciptakan celah baru?
Di sinilah Meta mencoba menyeimbangkan tuntutan regulasi dengan kemampuan teknis. Dengan memperkenalkan fitur “third-party chats”, WhatsApp pada dasarnya mematuhi aturan, namun tetap memberi pengguna kendali penuh, fitur bersifat opsional, dapat dinyalakan dan dimatikan, dan dijelaskan dengan perbedaan yang jelas antara chat internal WhatsApp dan chat pihak ketiga. Tetapi realitas di lapangan kemungkinan lebih rumit dari sekadar pilihan on/off.
Baca Juga: Indonesia Gadget Award 2025 Rayakan Sinergi AI & Perkembangan Teknologi Terkini
Third-Party Chats?
Meta mengumumkan bahwa WhatsApp akan mulai mendukung komunikasi lintas platform untuk pengguna di Uni Eropa dalam beberapa bulan ke depan. Dua aplikasi pertama yang bisa terhubung adalah BirdyChat dan Haiket—hasil dari kolaborasi tiga tahun antara Meta, layanan pesan Eropa, serta Komisi Eropa. Kedua layanan ini menjadi “moderator awal” dari implementasi DMA yang mengharuskan layanan pesan besar membuka interoperabilitas.
Nantinya, pengguna WhatsApp di wilayah Eropa akan melihat notifikasi khusus di bagian Settings, menjelaskan cara mengaktifkan third-party chats. Setelah mengaktifkan fitur ini, pengguna bisa mengirim teks, pesan suara, foto, video, dan file ke pengguna aplikasi lain. Penggunaannya tetap opsional, jadi mereka yang ingin menjaga ekosistem chat tetap tertutup bisa mengabaikan fitur tersebut. Meta menegaskan bahwa pengalaman onboarding akan dibuat sejelas mungkin supaya pengguna paham risiko dan perbedaan antara chat internal dan pihak ketiga.
Fitur ini tersedia di Android dan iOS, sehingga tidak ada pembatasan perangkat. Bagi WhatsApp, langkah ini merupakan komitmen untuk mematuhi DMA, namun tetap berusaha mempertahankan kenyamanan pengguna. Bagi pengguna yang selama ini mengeluh terlalu banyak aplikasi pesan yang tidak saling terhubung, solusi ini terdengar menjanjikan. Namun, konektivitas lintas platform juga menimbulkan pertanyaan besar: apakah pengalaman chat akan seragam, atau justru terasa terfragmentasi?
Keamanan, E2EE, dan Tantangan Interoperabilitas
Meta menegaskan bahwa pihak ketiga yang ingin terhubung ke WhatsApp harus menggunakan tingkat enkripsi end-to-end yang setara. Secara teori, ini menjaga keamanan dasar tetap konsisten. Namun kenyataannya, tidak semua aplikasi menerapkan E2EE dengan cara yang sama. Ada variasi implementasi, protokol, dan kebijakan penyimpanan data. Inilah yang membuat interoperabilitas menjadi tantangan besar: bagaimana memastikan standar keamanan tidak turun hanya karena dua layanan harus saling bicara?
Meta berusaha menjawab ini dengan membuat batasan teknis. Mereka menyebut bahwa interoperabilitas dibangun dengan “menjaga E2EE dan jaminan privasi sejauh mungkin.” Kata “sejauh mungkin” menunjukkan bahwa ada batas tertentu yang tidak bisa dijamin. Dengan kata lain, third-party chats mungkin tidak menyamai tingkat keamanan WhatsApp sepenuhnya, terutama jika pihak ketiga memiliki arsitektur yang berbeda. Ini adalah area abu-abu yang perlu dipahami pengguna.
Selain itu, membuka interoperabilitas berarti membuka permukaan serangan baru. Jika WhatsApp biasanya hanya perlu mengamankan komunikasi antarpengguna internal dengan protokol yang mereka kontrol penuh, kini mereka harus memastikan pihak ketiga juga patuh. Jika ada celah pada aplikasi lain, kemungkinan dampaknya ikut terbawa ke percakapan yang melewati sistem WhatsApp. Privacy-conscious users mungkin melihat ini sebagai risiko tambahan yang tidak bisa diabaikan.
Langkah Meta membuka third-party chats di WhatsApp adalah titik penting dalam perubahan besar yang dipicu regulasi Uni Eropa. Ini memberikan fleksibilitas baru bagi pengguna, memungkinkan komunikasi lintas aplikasi tanpa harus pindah platform. Namun, fitur ini juga membawa kompromi, terutama di sisi keamanan dan pengalaman pengguna.
WhatsApp mencoba menjalin keseimbangan: mematuhi hukum, tetap mempertahankan E2EE, dan memberi pilihan penuh kepada pengguna. Tetapi tantangan interoperabilitas, mulai dari perbedaan protokol, potensi celah keamanan, hingga fragmentasi pengalaman, menjadi hal yang harus dipantau ke depannya.
Yang jelas, industri pesan instan sedang memasuki era baru. Apakah interoperabilitas akan membuat ekosistem lebih sehat, atau justru lebih rumit? Tahun-tahun awal penerapan DMA akan menjadi uji nyata bagi para raksasa teknologi termasuk Meta.
Artikel berjudul WhatsApp Siapkan Fitur Third-Party Chats di Eropa yang ditulis oleh Christopher Louis pertama kali tampil di Gizmologi.id
đź”— Sumber: www.gizmologi.com
📌 MAROKO133 Update gadget: WhatsApp Siapkan Fitur Third-Party Chats di Eropa Terba
Jakarta, Gizmologi – Interoperabilitas aplikasi pesan kini memasuki babak baru. Setelah bertahun-tahun aplikasi chat saling berdiri sendiri dengan ekosistem tertutup, Uni Eropa mulai mendorong keterbukaan melalui Digital Markets Act (DMA).
Regulasi tersebut mewajibkan perusahaan besar seperti Meta untuk membuka akses lintas layanan, memungkinkan pengguna WhatsApp untuk berkomunikasi dengan aplikasi pesan lain. Langkah ini secara teori membuat pasar lebih kompetitif dan memberi pengguna lebih banyak pilihan.
Namun, membuka pintu komunikasi lintas platform bukanlah isu sederhana. Platform pesan modern dibangun dengan sistem keamanan dan standar enkripsi berbeda, sementara WhatsApp sendiri mengandalkan end-to-end encryption (E2EE) sebagai pilar utama privasinya. Ketika interoperabilitas dipaksakan oleh regulasi, pertanyaannya adalah: apakah keamanan tetap bisa dipertahankan? Atau justru fitur baru ini menciptakan celah baru?
Di sinilah Meta mencoba menyeimbangkan tuntutan regulasi dengan kemampuan teknis. Dengan memperkenalkan fitur “third-party chats”, WhatsApp pada dasarnya mematuhi aturan, namun tetap memberi pengguna kendali penuh, fitur bersifat opsional, dapat dinyalakan dan dimatikan, dan dijelaskan dengan perbedaan yang jelas antara chat internal WhatsApp dan chat pihak ketiga. Tetapi realitas di lapangan kemungkinan lebih rumit dari sekadar pilihan on/off.
Baca Juga: Indonesia Gadget Award 2025 Rayakan Sinergi AI & Perkembangan Teknologi Terkini
Third-Party Chats?
Meta mengumumkan bahwa WhatsApp akan mulai mendukung komunikasi lintas platform untuk pengguna di Uni Eropa dalam beberapa bulan ke depan. Dua aplikasi pertama yang bisa terhubung adalah BirdyChat dan Haiket—hasil dari kolaborasi tiga tahun antara Meta, layanan pesan Eropa, serta Komisi Eropa. Kedua layanan ini menjadi “moderator awal” dari implementasi DMA yang mengharuskan layanan pesan besar membuka interoperabilitas.
Nantinya, pengguna WhatsApp di wilayah Eropa akan melihat notifikasi khusus di bagian Settings, menjelaskan cara mengaktifkan third-party chats. Setelah mengaktifkan fitur ini, pengguna bisa mengirim teks, pesan suara, foto, video, dan file ke pengguna aplikasi lain. Penggunaannya tetap opsional, jadi mereka yang ingin menjaga ekosistem chat tetap tertutup bisa mengabaikan fitur tersebut. Meta menegaskan bahwa pengalaman onboarding akan dibuat sejelas mungkin supaya pengguna paham risiko dan perbedaan antara chat internal dan pihak ketiga.
Fitur ini tersedia di Android dan iOS, sehingga tidak ada pembatasan perangkat. Bagi WhatsApp, langkah ini merupakan komitmen untuk mematuhi DMA, namun tetap berusaha mempertahankan kenyamanan pengguna. Bagi pengguna yang selama ini mengeluh terlalu banyak aplikasi pesan yang tidak saling terhubung, solusi ini terdengar menjanjikan. Namun, konektivitas lintas platform juga menimbulkan pertanyaan besar: apakah pengalaman chat akan seragam, atau justru terasa terfragmentasi?
Keamanan, E2EE, dan Tantangan Interoperabilitas
Meta menegaskan bahwa pihak ketiga yang ingin terhubung ke WhatsApp harus menggunakan tingkat enkripsi end-to-end yang setara. Secara teori, ini menjaga keamanan dasar tetap konsisten. Namun kenyataannya, tidak semua aplikasi menerapkan E2EE dengan cara yang sama. Ada variasi implementasi, protokol, dan kebijakan penyimpanan data. Inilah yang membuat interoperabilitas menjadi tantangan besar: bagaimana memastikan standar keamanan tidak turun hanya karena dua layanan harus saling bicara?
Meta berusaha menjawab ini dengan membuat batasan teknis. Mereka menyebut bahwa interoperabilitas dibangun dengan “menjaga E2EE dan jaminan privasi sejauh mungkin.” Kata “sejauh mungkin” menunjukkan bahwa ada batas tertentu yang tidak bisa dijamin. Dengan kata lain, third-party chats mungkin tidak menyamai tingkat keamanan WhatsApp sepenuhnya, terutama jika pihak ketiga memiliki arsitektur yang berbeda. Ini adalah area abu-abu yang perlu dipahami pengguna.
Selain itu, membuka interoperabilitas berarti membuka permukaan serangan baru. Jika WhatsApp biasanya hanya perlu mengamankan komunikasi antarpengguna internal dengan protokol yang mereka kontrol penuh, kini mereka harus memastikan pihak ketiga juga patuh. Jika ada celah pada aplikasi lain, kemungkinan dampaknya ikut terbawa ke percakapan yang melewati sistem WhatsApp. Privacy-conscious users mungkin melihat ini sebagai risiko tambahan yang tidak bisa diabaikan.
Langkah Meta membuka third-party chats di WhatsApp adalah titik penting dalam perubahan besar yang dipicu regulasi Uni Eropa. Ini memberikan fleksibilitas baru bagi pengguna, memungkinkan komunikasi lintas aplikasi tanpa harus pindah platform. Namun, fitur ini juga membawa kompromi, terutama di sisi keamanan dan pengalaman pengguna.
WhatsApp mencoba menjalin keseimbangan: mematuhi hukum, tetap mempertahankan E2EE, dan memberi pilihan penuh kepada pengguna. Tetapi tantangan interoperabilitas, mulai dari perbedaan protokol, potensi celah keamanan, hingga fragmentasi pengalaman, menjadi hal yang harus dipantau ke depannya.
Yang jelas, industri pesan instan sedang memasuki era baru. Apakah interoperabilitas akan membuat ekosistem lebih sehat, atau justru lebih rumit? Tahun-tahun awal penerapan DMA akan menjadi uji nyata bagi para raksasa teknologi termasuk Meta.
Artikel berjudul WhatsApp Siapkan Fitur Third-Party Chats di Eropa yang ditulis oleh Christopher Louis pertama kali tampil di Gizmologi.id
đź”— Sumber: www.gizmologi.com
🤖 Catatan MAROKO133
Artikel ini adalah rangkuman otomatis dari beberapa sumber terpercaya. Kami pilih topik yang sedang tren agar kamu selalu update tanpa ketinggalan.
✅ Update berikutnya dalam 30 menit — tema random menanti!
