MAROKO133 Breaking gadget: IGA 2025: realme GT 7 Menjadi Best AI Gaming Smartphone di IGA

📌 MAROKO133 Hot gadget: IGA 2025: realme GT 7 Menjadi Best AI Gaming Smartphone di

Jakarta, Gizmologi – realme GT 7 berhasil gaet gelar Best AI Gaming Smartphone di IGA 2025. Menjadi salah satu event yang tergolong prestisius ini juga memberikan bukti bahwa realme bisa memberikan inovasi dalam industri dan pasar smartphone di Indonesia. Selain untuk kebutuhan sehari-hari, realme GT 7 bisa diandalkan untuk bermain game.

Terpilihnya realme GT 7 tentu membawa banyak pertanyaan mengenai apa yang membuat ponsel ini unggul. Sebagai smartphone flagship, perangkat ini memang datang dengan spesifikasi kelas atas. Namun, penghargaan ini tidak hanya dinilai dari kinerja mentah. Banyak faktor seperti efisiensi, fitur berbasis AI, hingga ketahanan baterai yang membuatnya menjadi pilihan menarik. Meski demikian, tidak semua fiturnya tanpa kelemahan, sehingga pengguna tetap perlu mempertimbangkan kecocokan dengan kebutuhan pribadi.

Baca Juga: Review realme 15 Pro 5G: Tipis dengan Baterai 7000 mAh, Andalkan Foto Malam Bertenaga AI

Perpaduan Fitur Gaming dan AI yang Lebih Matang

Sebelum melihat fitur AI yang dibawa oleh realme GT 7, perangkat ini masih mempertahankan GT Mode yang menjadi salah satu ciri khas lini GT sejak generasi sebelumnya. GT Mode berfungsi meningkatkan performa perangkat saat bermain gim dengan menaikkan kinerja CPU dan GPU sekaligus memperhalus grafis. Untuk gim yang membutuhkan respons cepat, efeknya cukup terasa karena latensi berkurang dan stabilitas meningkat. Namun, penggunaan GT Mode juga berdampak pada konsumsi baterai yang naik cukup signifikan.

realme GT 7 mulai terasa berbeda ketika masuk ke fitur AI Motion Control. Fitur ini memungkinkan pemain mengontrol gim melalui gerakan fisik, memanfaatkan sensor akselerometer dan giroskop. Meskipun konsepnya menarik, kompatibilitas dengan berbagai gim masih terbatas. Karena itu, pengguna mungkin tidak mendapatkan manfaat maksimal jika gim favorit mereka belum didukung.

Salah satu fitur paling menonjol adalah AI Gaming Coach. Melalui fitur ini, realme GT 7 memberikan notifikasi dan panduan bermain yang disesuaikan dengan gaya bermain pengguna. Coach akan memberi saran strategi hingga analisis kebiasaan pemain. Sayangnya, fitur ini hanya kompatibel untuk PUBG Mobile dan MLBB. Bagi gamer yang lebih sering bermain game lain, manfaatnya tentu menjadi terbatas. Meski begitu, pendekatan ini menunjukkan bagaimana AI dapat membuat pengalaman gaming lebih personal dan adaptif.

Visual Lebih Besar, Performa Lebih Kencang dan Baterai Besar untuk Gaming

Untuk visual, realme GT 7 membawa panel LTPO AMOLED berukuran 6.78 inci. Layarnya sudah mendukung refresh rate 120Hz dan HDR10 plus, dengan resolusi 1264 x 2780 piksel serta kecerahan puncak mencapai 6000 nits. Dalam penggunaan nyata, tampilan layar terasa sangat responsif dan tajam, bahkan di bawah cahaya matahari. Namun, bagi sebagian pengguna, ukuran layar ini mungkin terasa terlalu besar untuk penggunaan satu tangan atau kebutuhan non gaming.

Di dapur pacunya, perangkat ini ditenagai chipset MediaTek Dimensity 9400e. Realme mengklaim perangkat ini mampu mencetak skor AnTuTu lebih dari dua juta dua ratus ribu poin. Secara performa, chipset ini mampu menyaingi Snapdragon 8 Gen 3 dan memberikan efisiensi yang baik. Walaupun begitu, optimisasi gim untuk MediaTek biasanya membutuhkan waktu lebih lama dibanding chipset Snapdragon, sehingga pengalaman bermain di beberapa gim tertentu bisa berbeda.

Daya tahan menjadi salah satu keunggulan paling signifikan. Realme GT 7 membawa baterai berkapasitas 7000mAh yang diberi nama Titan Battery. Baterai ini diklaim mampu bertahan hingga dua hari untuk penggunaan normal dan sekitar tujuh jam untuk sesi gaming intensif. Selain itu, fitur pengisian cepat 120W membuat perangkat bisa diisi dengan sangat cepat. Di sisi lain, baterai besar juga membuat bobot perangkat menjadi sedikit lebih berat, yang mungkin kurang nyaman bagi pengguna yang menginginkan ponsel ringan.

Dengan kombinasi fitur AI, performa tinggi, layar besar, dan baterai berkapasitas besar, realme GT 7 menjadi paket lengkap untuk gamer yang ingin perangkat serbaguna. Meski beberapa fitur AI masih memiliki kompatibilitas terbatas dan ukuran perangkat cukup besar, secara keseluruhan ponsel ini menawarkan value yang seimbang untuk pasar gaming flagship. Tidak mengherankan jika realme GT 7 berhasil meraih gelar Best AI Gaming Smartphone di Indonesia Gadget Award 2025 dan menjadi salah satu perangkat yang patut dipertimbangkan oleh para gamer mobile.

Artikel berjudul IGA 2025: realme GT 7 Menjadi Best AI Gaming Smartphone di IGA 2025, Ini Alasannya yang ditulis oleh Christopher Louis pertama kali tampil di Gizmologi.id

🔗 Sumber: www.gizmologi.com


📌 MAROKO133 Breaking gadget: Princeton Digital Group Mulai Bangun Kampus Data Cent

Jakarta, Gizmologi – Princeton Digital Group (PDG)  resmi memulai pembangunan kampus pusat data hyperscale bernama JC3 di kawasan Greenland International Industrial Center (GIIC), Bekasi. Langkah ini bukan sekadar ekspansi, melainkan bentuk taruhan besar terhadap masa depan transformasi digital Indonesia.

Dengan kapasitas 120 MW dan investasi mencapai US$1 miliar, JC3 dirancang sebagai salah satu fasilitas terbesar dan paling canggih di Indonesia. Namun, hadirnya kampus pusat data besar juga membawa pertanyaan: seberapa besar manfaatnya bagi ekosistem digital lokal, dan apakah ada potensi tantangan dalam implementasinya?

Di satu sisi, JC3 berpotensi memperkuat daya tarik Indonesia sebagai hub data center regional. Di sisi lain, isu pemenuhan energi, kesiapan infrastruktur, hingga komitmen keberlanjutan tetap menjadi poin yang perlu diperhatikan. Kombinasi faktor inilah yang membuat pembangunan JC3 menjadi langkah penting dan patut diamati.

Baca Juga: Cisco Perkenalkan Unified Edge, Platform Baru untuk Mendukung Beban Kerja Agentic AI di Industri

Fasilitas Hyperscale dengan Standar Masa Depan Cloud dan AI

Kampus data center JC3 hadir dengan skala yang tidak main-main. Dengan kapasitas 120 MW, fasilitas ini disiapkan khusus untuk melayani beban kerja hyperscale, mulai dari cloud computing, layanan digital raksasa, hingga kebutuhan AI generasi terbaru. Princeton Digital Group juga menyebut bahwa JC3 menggunakan pendekatan modular, sehingga pengembangannya bisa dipercepat dan skalanya dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan pasar.

Salah satu aspek yang cukup menarik adalah dukungan pasokan listrik dual-grid dari PLN, yang diklaim sudah dijanjikan secara penuh untuk operasional fasilitas ini. Komitmen tersebut penting, mengingat pasokan daya menjadi salah satu tantangan utama bagi data center berskala besar. Namun, seperti banyak fasilitas data center lain, realisasi penyediaan daya dalam skala besar tetap menjadi tantangan tersendiri yang tidak selalu mulus.

Selain itu, JC3 juga merupakan fasilitas carrier-neutral, yang memungkinkan konektivitas ke berbagai jaringan serat optik, internet exchange, dan operator telekomunikasi utama. Konektivitas yang terbuka seperti ini biasanya menjadi keunggulan tersendiri karena memberi fleksibilitas bagi pelanggan, baik perusahaan lokal maupun internasional.

Dengan fase pertama yang ditargetkan siap beroperasi pada kuartal IV 2026, proyek ini memang didorong dengan kecepatan tinggi. Dari perspektif industri, timeline cepat seperti ini bisa sangat menguntungkan bagi perusahaan yang ingin segera mengadopsi AI atau memperluas kapasitas komputasi mereka.

Komitmen Keberlanjutan dan Tantangan Implementasi

Princeton Digital Group menegaskan bahwa JC3 dibangun sejalan dengan komitmen mereka terhadap target Net Zero 2030. Hal ini tercermin dalam penggunaan sumber energi terbarukan, pendinginan direct-to-chip, serta targeting sertifikasi LEED untuk memastikan efisiensi energi dan standar lingkungan yang ketat. Dengan pendinginan cair generasi baru, JC3 diklaim mampu menangani beban kerja berdensitas tinggi sambil tetap menjaga efisiensi daya.

Pendekatan ramah lingkungan seperti ini memang menjadi standar baru di dunia data center global. Namun, tantangan terbesar biasanya muncul di sisi implementasi, terutama terkait ketersediaan energi hijau dalam jumlah besar di Indonesia.

Meski sudah ada beberapa sumber energi terbarukan seperti biomassa yang sebelumnya digunakan PDG di fasilitas JC2  skala kebutuhan untuk 120 MW tentu jauh lebih tinggi. Tantangan ini bukan mustahil diatasi, tetapi akan membutuhkan ekosistem energi yang lebih matang.

Dari sisi pasar, kehadiran JC3 membuat total kapasitas Princeton Digital Group di Indonesia mencapai sekitar 230 MW. Ini memperkuat posisi mereka sebagai salah satu pemain data center terbesar dan paling tepercaya di Indonesia. Peningkatan kapasitas sebesar ini bisa menguntungkan bagi ekosistem digital lokal, karena menyediakan infrastruktur yang dapat menopang perkembangan ekonomi digital jangka panjang.

Namun, di tengah persaingan yang semakin ramai, termasuk dari pemain global lain yang juga membangun fasilitas besar seperti pasar data center Indonesia tetap menghadapi tantangan seperti regulasi yang terus berkembang, tuntutan keamanan data, hingga kesiapan supply chain konstruksi. Oleh karena itu, meski JC3 membawa banyak potensi positif, keberhasilannya tetap bergantung pada eksekusi dan kolaborasi lintas sektor.

Pada akhirnya, pembangunan kampus JC3 mencerminkan keyakinan Princeton Digital Group terhadap masa depan digital Indonesia yang semakin tumbuh. Dengan dukungan teknologi modern, kapasitas besar, dan komitmen keberlanjutan, JC3 bisa menjadi fondasi penting untuk memperkuat kemampuan komputasi cloud dan AI di Indonesia.

Artikel berjudul Princeton Digital Group Mulai Bangun Kampus Data Center 120 MW Senilai US$1 Miliar, Apa Dampaknya untuk Indonesia? yang ditulis oleh Christopher Louis pertama kali tampil di Gizmologi.id

🔗 Sumber: www.gizmologi.com


🤖 Catatan MAROKO133

Artikel ini adalah rangkuman otomatis dari beberapa sumber terpercaya. Kami pilih topik yang sedang tren agar kamu selalu update tanpa ketinggalan.

✅ Update berikutnya dalam 30 menit — tema random menanti!

Author: timuna