📌 MAROKO133 Hot gadget: Strava Gugat Garmin Terkait Paten, Menuntut Stop Penjualan
Jakarta, Gizmologi – Sudah sangat populer dalam dunia olahraga, baik Strava dan Garmin seolah tak dapat dipisahkan, di mana keduanya saling terhubung untuk mencatat dan membagikan aktivitas olahraga seperti lari dan bersepeda. Namun ternyata, pekan lalu mulai ramai berita tentang Strava yang menuntut Garmin terkait sejumlah paten atau fitur tertentu—mengancam pabrikan wearables tersebut untuk bisa menjual sejumlah seri smartwatch populernya hingga platform Garmin Connect.
Ya, seperti yang kita tahu, perangkat Garmin memiliki kemampuan untuk pelacakan aktivitas olahraga dengan tingkat akurasi tinggi, menjadikannya salah satu brand favorit bagi mereka yang aktif berolahraga. Dan untuk membagikannya ke media sosial atau berkompetisi bersama teman, Strava hadir sebagai fasilitator. Bahkan menurut riset Strava tahun lalu, salah satu jam tangan Garmin menjadi perangkat yang paling populer dengan integrasi Strava, yakni seri Forerunner 235 rilisan 2015 lalu.
Berita terkait Strava yang menuntun Garmin, dipublikasikan secara lengkap lebih awal oleh situs DC Rainmaker, di mana Strava mengklaim bila Garmin telah melanggar setidaknya dua paten yang dianggap penting, karena merupakan fitur umum. Masing-masing adalah segments dan heatmap, di mana baik Strava dan Garmin bisa menyajikan kedua informasi tersebut pada masing-masing platform mereka.
Baca juga: Kini Kamu Bisa Bayar Pakai Garmin Pay, Ini Caranya!
Gugatan Diajukan Sejak Akhir September, Membahas Dua Fitur Unggulan Strava
Bagi Gizmo friends yang belum familiar terkait dua fitur tersebut, segments sendiri merupakan sebuah fitur di mana pengguna Strava (& Garmin) bisa menentukan rute atau jalur yang mereka tentukan sebelumnya, lalu bersaing untuk mendapatkan waktu terbaik. Nantinya, skor atau waktu tempuh yang dihasilkan bisa dibandingkan dengan teman, atau melalui daftar peringkat khusus di dalam platform.
Sementara heatmap, atau yang bisa diterjemahkan sebagai “peta panas”, mampu menampilkan jalur dalam sebuah wilayah pada peta mana yang paling populer digunakan oleh pengguna lain untuk beraktivitas—menjadi penentu apakah kamu justru ingin berpartisipasi pada area tersebut, atau memilih jalur lain. Terkait kedua poin ini, Strava mengirimkan gugatan sejak 30 September lalu, menuduh Garmin telah melanggar perjanjian antara kedua perusahaan.
Dengan begitu, Strava telah mengajukan permohonan putusan pengadilan permanen untuk melarang penjualan produk Garmin dengan kedua fitur tersebut—dengan kata lain, hampir semua produk, mulai dari smartwatch seri Forerunner, Fenix, Epix, hingga komputer khusus sepeda seri Edge, dan termasuk platform Garmin Connect yang digunakan untuk menyambungkan jam tangan Garmin dengan smartphone.
Lebih lanjut, pihak Strava sempat merilis pernyataan resmi untuk menanggapi situasi yang memanas antara kedua perusahaan tersebut. Lewat forum reddit r/Strava, Matt Salazar, Chief Product Officer Strava mengatakan bila pihaknya tidak bermaksud untuk mengambil tindakan apa pun yang akan mengganggu kemampuan pengguna Garmin untuk menyinkronkan data mereka dengan Strava, dan berharap garmin menghargai pengguna bersama Strava dengan cara yang setara.
CPO Strava Mempermasalahkan Garmin Untuk Memasang Logo dalam Data Aktivitas Olahraga
Dalam pernyataannya, Matt juga menyinggung masalah lain yang Strava coba untuk selesaikan dengan pihak Garmin, yakni terkait peraturan mitra API baru Garmin per 1 Juli kemarin, yang memungkinkan mitra Garmin termasuk Strava untuk mewajibkan logo Garmin ditampilkan di setiap postingan aktivitas, layar, grafik, dan lainnya. “Kami menganggap ini sebagai data Anda. Jika Anda merekam aktivitas di jam tangan Anda, kami pikir itu adalah data Anda. Kami yakin Anda seharusnya dapat mentransfer atau mengunggah data tersebut secara bebas tanpa perlu menampilkan logo di sampingnya atau menggunakan data tersebut sebagai iklan untuk menjual lebih banyak jam tangan.”
Menariknya, Ray Maker dari DC Rainmaker menemukan sebuah informasi resmi dari Garmin yang diunggah pada Juli 2025 kemarin, bila tidak ada persyaratan khusus dari Garmin untuk sematkan logo Garmin. Dan terkait segments, Garmin sendiri sudah menghadirkan kemampuan tersebut pada Edge 1000 sejak 2014 lalu. Sementara Strava baru mengajukan paten di tahun 2011, dan baru disetujui pada tahun 2015.
Sehingga kemudian kedua perusahaan menyetujui perjanjian atau Master Cooperation Agreement (MCA), memberikan fitur Strava Live Segments ke perangkat Garmin—persetujuan inilah yang dinilai oleh Strava, telah dilanggar oleh Garmin. Begitu pula dengan fitur heat map, di mana sudah tersedia di platform Garmin Connect sejak 2013, namun Strava berhasil mendapatkan paten terkait pada 2016 & 2017.
Hingga saat ini, Garmin masih belum merilis tanggapan terkait situasi terbaru di antara kedua perusahaan. Semoga saja tidak sampai mengganggu para penggunanya ya.
Artikel berjudul Strava Gugat Garmin Terkait Paten, Menuntut Stop Penjualan Hampir Semua Perangkat yang ditulis oleh Prasetyo Herfianto pertama kali tampil di Gizmologi.id
🔗 Sumber: www.gizmologi.com
📌 MAROKO133 Breaking gadget: Survei Ipsos & Meta: 91% Orang Tua Mendukung Plat
Jakarta, Gizmologi – Banyaknya aktivitas digital yang lebih menyita waktu keseharian masyarakat, membuat orang tua lebih mengkhawatirkan aktivitas digital remajanya. Dengan begitu, para orang tua lebih mengharapkan adanya lapisan keamanan ekstra agar aktivitas bermedia sosial sang anak berjalan lebih aman. Riset terbaru Ipsos bersama Meta juga mencerminkan hasil yang sejalan dengan pernyataan tersebut.
Diketahui sebanyak 91% orang tua dan wali yang disurvei di Indonesia, mendukung perusahaan media sosial untuk menciptakan akun khusus remaja dengan perlindungan tambahan. Sementara itu, 92% dari mereka juga menganggap akun remaja alias teen account yang sudah diluncurkan untuk platform Instagram, memberikan manfaat bagi orang tua dalam menjaga aktivitas berselancar digital sang anak.
Untuk itu, Meta mencoba untuk perluas fitur keamanan yang memang lebih diminati oleh orang tua, dengan memperluas fitur akun remaja dari Instagram ke platform lainnya seperti Facebook dan Messenger di Indonesia. Philip Chua, Direktur Kebijakan Publik untuk Produk, APAC mengatakan bila pihaknya akan terus berkomitmen untuk mendukung keluarga, dan menciptakan pengalaman online yang lebih aman dan positif bagi remaja di Indonesia.
“Mulai pekan ini, baik akun remaja untuk Facebook dan messenger di Indonesia akan tersedia. Pengguna remaja yang sudah memiliki akun akan mendapatkan notifikasi untuk membuat akun mereka menjadi akun remaja,” jelas Philip dalam sebuah sesi pertemuan yang berlangsung offline (30/9).
Baca juga: Cek Fitur Baru di Meta AI Bisa Dicoba Pada Facebook & IG – Gizmologi.id
Bantu Orang Tua Berikan Kebebasan Anak dalam Berjejaring, Namun Tetap Menjaga Keamanan
Lebih lanjut, riset terbaru Ipsos juga memaparkan bila sekitar 87% orang tua maupun wali yang disurvei, mengatakan bila akun remaja Instagram membuat mereka lebih percaya diri untuk membiarkan para remajanya menggunakan platform tersebut untuk berjejaring dalam dunia digital. Hadir sejak awal tahun ini, akun remaja yang diluncurkan oleh meta merupakan hasil pengembangan lebih dari satu dekade—menjadi prioritas utama Meta untuk lindungi para penggunanya, termasuk remaja.
“Membangun akun remaja telah menjadi hal yang penting bagi orang tua di Indonesia. Mereka mengalami kesulitan karena tidak memiliki bandwidth yang cukup untuk menavigasi anak remaja mereka dalam menggunakan platform media sosial. Kami terus bekerja sama dengan pemerintah Indonesia serta industri terkait untuk menjaga keamanan remaja,” tambah Philip.
Sebagai komitmen Meta, perluasan fitur akun remaja ke Facebook dan Messenger, tidak hanya memberikan ketenangan lebih bagi orang tua dan wali. Namun juga memastikan agar para remaja bisa terhubung dengan teman, sembari terus eksplorasi minat mereka di media sosial dengan perlindungan memadai. Meta sendiri menyebutkan bila akun remaja tidak begitu membatasi kemampuan penggunanya untuk beraktivitas di media sosial.
Semua akun media sosial di platform Meta pada pengguna berusia di bawah 18 tahun, bakal secara otomatis berubah menjadi akun remaja. Untuk pengguna berusia 17 tahun, bisa menonaktifkan tambahan fitur keamanan secara langsung. Sementara pengguna berusia 13-16 tahun, memerlukan persetujuan dari para orang tua.
Akun Remaja di Platform Meta Tak Berikan Banyak Batasan Komunikasi
Lantas apa perbedaan utama akun remaja pada Facebook, Messenger, dan Instagram dibandingkan akun standar? Meta memaparkan bila akun remaja secara otomatis berstatus privat sejak awal, dan diberikan limit khusus agar orang tertentu saja yang bisa menghubungi pengguna remaja tersebut. Konten rekomendasi maupun iklan yang ditampilkan ke dalam platform juga disesuaikan.
Dan tentunya, ada pengaturan terkait waktu penggunaan (screen time), sehingga setiap harinya akan ada limit penggunaan, notifikasi pemberitahuan limit, sampai mode malam yang otomatis aktif pukul 10 malam supaya tidak mengganggu jam tidur anak. Semuanya merupakan diferensiasi utama akun remaja dibandingkan akun standar dalam hal keamanan.
Artikel berjudul Survei Ipsos & Meta: 91% Orang Tua Mendukung Platform Media Sosial Sediakan Akun Khusus Remaja yang ditulis oleh Prasetyo Herfianto pertama kali tampil di Gizmologi.id
🔗 Sumber: www.gizmologi.com
🤖 Catatan MAROKO133
Artikel ini adalah rangkuman otomatis dari beberapa sumber terpercaya. Kami pilih topik yang sedang tren agar kamu selalu update tanpa ketinggalan.
✅ Update berikutnya dalam 30 menit — tema random menanti!