MAROKO133 Hot gadget: Lenovo Rilis Legion Pro 5i & Legion 5i untuk Pengincar Performa

📌 MAROKO133 Update gadget: Lenovo Rilis Legion Pro 5i & Legion 5i untuk Pengin

Jakarta, Gizmologi – Lenovo memperkenalkan Legion Pro 5i dan Legion 5i. Keduanya dirancang untuk menghadirkan keseimbangan antara performa, visual, dan fleksibilitas, sebuah kombinasi yang dianggap penting untuk kalangan profesional, pelajar, maupun gamer.

Di tengah tren gaya hidup hybrid yang semakin melekat, kebutuhan perangkat serba bisa jadi semakin menonjol. Laptop kini tidak hanya dituntut kuat untuk bekerja, tetapi juga mampu menangani aktivitas hiburan seperti gaming atau kreasi konten digital. Brand teknologi berlomba menghadirkan perangkat dengan performa tinggi yang tetap fleksibel untuk berbagai skenario.

Meski mengusung nama besar Legion yang lekat dengan gaming, laptop ini juga diarahkan untuk penggunaan yang lebih luas. Lenovo menekankan bahwa perangkat terbaru mereka tidak sekadar menjadi mesin gaming, tetapi juga bisa diandalkan dalam pekerjaan profesional yang menuntut tenaga komputasi tinggi. Namun, sebagaimana perangkat premium lainnya, harga yang ditawarkan juga menempatkannya di segmen atas.

Baca Juga: Samsung SSD 9100 PRO 8TB Resmi Hadir, Tawarkan Kapasitas Besar

Legion Pro 5i untuk Kreator dan Gamer Kompetitif

Legion Pro 5i hadir dengan spesifikasi yang menyasar pengguna yang membutuhkan performa maksimal. Prosesor Intel Core Ultra HX generasi terbaru menjadi pusat kekuatannya, dengan hingga 24 core yang diklaim mampu menangani tugas berat seperti rendering 4K, simulasi 3D, hingga menjalankan game AAA tanpa hambatan. Lenovo juga menambahkan fitur overclocking untuk pengguna yang ingin menyesuaikan performa sesuai kebutuhan.

Untuk mendukung kinerja tersebut, Legion Pro 5i dibekali RAM DDR5 hingga 32GB dan penyimpanan SSD PCIe Gen 4 berkapasitas 1TB. Sistem pendingin Legion ColdFront generasi terbaru digunakan agar laptop tetap stabil saat bekerja di beban tinggi. Pendinginan ini disebut memanfaatkan kipas ganda bertekanan tinggi serta kontrol berbasis AI untuk menjaga suhu tetap optimal sekaligus mengurangi kebisingan.

Dari sisi visual, Legion Pro 5i menggunakan layar WQXGA OLED dengan refresh rate hingga 240Hz dan kecerahan 500 nits. Sertifikasi TĂśV Low Blue Light serta VESA DisplayHDR True Black 1000 disematkan untuk menjaga kenyamanan mata. Keyboard Legion TrueStrike dengan pencahayaan RGB per-zone juga melengkapi perangkat, menegaskan identitas gaming yang dibawa.

Legion 5i Prioritaskan Fleksibilitas 

Jika Pro 5i menyasar segmen kelas atas, Legion 5i dirancang lebih fleksibel untuk kalangan mahasiswa, profesional muda, hingga gamer yang menginginkan performa tanpa harus ke level ekstrem. Laptop ini menggunakan prosesor Intel Core Ultra 7 255HX, GPU hingga NVIDIA GeForce RTX 5070, serta layar OLED 15,3 inci beresolusi WQXGA.

Layar OLED menjadi salah satu nilai jual utama Legion 5i. Dengan dukungan DisplayHDR True Black 600, layar ini mampu menampilkan warna hitam lebih pekat dan detail pada area gelap, sesuatu yang sangat penting untuk pengalaman gaming maupun pekerjaan kreatif. Refresh rate 165Hz dan response time sub-1ms diklaim memberi pengalaman gaming yang lebih mulus.

Pendinginan juga menjadi fokus di Legion 5i lewat sistem Legion ColdFront Hyper. Fitur mode pendinginan yang bisa diatur (Quiet, Balance, Performance, hingga Extreme) memberi pengguna fleksibilitas sesuai kebutuhan. Dengan tambahan Legion TrueStrike Keyboard serta platform Legion Space, laptop ini mencoba menghadirkan pengalaman yang tidak hanya kuat secara teknis, tapi juga praktis dalam penggunaan sehari-hari.

Catatan Harga dan Tantangan di Pasar

Lenovo membanderol Legion Pro 5i mulai Rp31,999,000 dan Legion 5i mulai Rp31,499,000 di Indonesia. Harga tersebut menempatkan keduanya di segmen premium, yang secara alami menyasar pengguna dengan kebutuhan spesifik atau gamer yang serius. Selain spesifikasi, Lenovo juga menambahkan layanan 3 tahun Legion Ultimate Support dan Accidental Damage Protection, sesuatu yang bisa memberi nilai tambah bagi pengguna yang khawatir soal kerusakan perangkat.

Namun, di sisi lain, harga tinggi ini bisa menjadi tantangan tersendiri. Dengan banyaknya opsi laptop gaming maupun laptop hybrid dari kompetitor di pasar Indonesia, Lenovo harus bisa membuktikan bahwa kombinasi performa, visual, dan layanan purna jual mereka memang sebanding dengan investasi yang dikeluarkan konsumen.

Selain itu, kebutuhan pengguna juga semakin beragam. Meski spesifikasi tinggi menarik, tidak semua orang membutuhkan tenaga sebesar itu untuk aktivitas sehari-hari. Sebagian mungkin melihat perangkat ini sebagai “overkill” untuk tugas ringan atau sekadar gaming kasual. Hal inilah yang membuat posisi Legion Pro 5i dan Legion 5i lebih relevan bagi segmen tertentu saja.

Dengan rilis dua perangkat ini, Lenovo jelas ingin menegaskan posisinya di pasar laptop premium, terutama di segmen gaming dan hybrid. Legion Pro 5i tampil sebagai opsi bagi mereka yang mengejar performa maksimal, sementara Legion 5i lebih fleksibel untuk kalangan yang butuh perangkat serba bisa dengan teknologi terbaru.

Artikel berjudul Lenovo Rilis Legion Pro 5i & Legion 5i untuk Pengincar Performa yang ditulis oleh Christopher Louis pertama kali tampil di Gizmologi.id

đź”— Sumber: www.gizmologi.com


📌 MAROKO133 Hot gadget: Review DJI Mic 3: Mikrofon Nirkabel Kelas Flagship dalam B

Bagi Gizmo friends, dalam sebuah video apakah lebih penting kualitas visual atau audio? Bagi saya pribadi, keduanya sih tergolong penting ya. Tetapi untuk jenis konten video tertentu seperti podcast, atau vlog yang mungkin tidak begitu banyak menawarkan sesuatu yang baru, rasanya lebih penting kualitas audio jempolan supaya tidak bosan, atau lebih nyaman mendengarkan jalannya diskusi. DJI Mic 3, hadir sebagai opsi terbaik walaupun dimensinya bikin saya salah sangka.

Oke sedikit pengakuan: awalnya saya sempat mengira kalau DJI Mic 3 hadir sebagai suksesor DJI Mic Mini (karena dimensinya, tentu saja). Lalu saja sempat kaget kalau mikrofon terbaru DJI satu ini, hadir menggantikan DJI Mic 2, yang secara dimensi jauh lebih besar. Rasanya cukup mengesankan di mana DJI bisa membuat semuanya lebih kompak mulai dari transmitter sampai charging case, namun tetap bisa hadirkan peningkatan seperti daya tahan baterai lebih awet.

Mungkin untuk sebagian orang, mikrofon satu ini tergolong overkill. Tapi menurut saya, DJI Mic 3 berpotensi laris di pasaran berkat form factor-nya yang sangat versatile, sehingga pas untuk lebih banyak orang. Mau dipakai kasual atau dikonfigurasikan lebih lanjut untuk produksi lebih serius, juga bisa. Berikut ulasan DJI Mic 3 selengkapnya.

Desain

Dibandingkan generasi sebelumnya, desain DJI Mic 3 dibuat jauh lebih kecil, sangat mendekati versi Mic Mini. Namun, tetap membawa ciri khas seperti permukaan bodi plastik keras di luar yang dibuat sedikit transparan untuk memperlihatkan komponen di dalamnya. Iya, materialnya plastik, tapi terasa cukup solid dan dengan permukaan matte yang jauh dari kesan murah.

Bobot transmitter milik DJI Mic 3 hanya 16 gram saja, sementara receivernya punya dimensi yang rasanya masih kurang lebih sama seperti sebelumnya. DJI menyertakan charging case yang menurut saya sangat praktis dan cerdas—bisa menampung dua transmitter dan receiver (sekaligus otomatis isi daya), punya sambungan USB-C untuk isi semua perangkat di dalamnya, dan mekanisme magnet untuk menyimpan klip di sisi penutup case (plus meletakkan kabel audio tambahan).

Bahkan, rumah untuk masing-masing transmitter dirancang agar kamu bisa meletakkannya meski sedang terpasang klip magnet berbeda, plus windscreen, jadi nggak perlu dicopot dulu agar case bisa tertutup. Dan kembali fokus ke transmitter DJI Mic 3, desainnya pun nggak kalah cerdas—permukaan magnet di belakang membuat kamu bisa menempelkan plat magnet atau klip magnet yang bisa diputar 360 derajat.

Lewat mekanisme tersebut, kamu bisa menempelkannya ke obyek mana pun. Ingin membuat video ASMR saat memasak? Sematkan saja transmitter ke bagian spatula atau pisau. Hobi bikin konten DIY? Bisa ditempelkan ke gunting sembari memotong kertas atau lainnya. Desain DJI Mic 3 yang semakin mungil membuat skenario penggunaannya jauh lebih versatile.

Apakah ada yang dipangkas untuk membuat transmitter DJI Mic 3 menjadi lebih mungil? Ada, yakni tidak lagi punya port 3.5mm yang kemudian bisa disambungkan dengan lavalier. Bagi saya pribadi sih bukanlah sebuah kekurangan berarti, namun mungkin berbeda dengan Gizmo friends yang punya use-case berbeda.

Pengoperasian

Bagi saya yang nggak punya banyak pengalaman mencoba mikrofon kelas wahid, menggunakan DJI Mic 3 tergolong mudah. Istilahnya, kalau mau langsung pakai dengan eksplor sendiri apa yang ditampilkan dari transmitter dan melihat aksesori yang disematkan dalam paket penjualan, bisa-bisa saja. Hanya memang, alangkah baiknya untuk menonton tutorial singkat atau melihat panduan penggunaan terlebih dahulu.

Karena dalam perjalanannya menggunakan DJI Mic 3, saya sempat alami beberapa momen kebingungan. Seperti bagaimana menyambungkan transmitter ke smartphone, dan “kok file suaranya terpisah ya dari tiap transmitter?” Iya, ternyata saya lupa mematikan fitur perekaman stereo saat rekam podcast. Kabar baiknya, banyak sekali video panduan yang dibuat oleh DJI, maupun dari para kreator global lainnya. Dan semuanya sangat-sangat mudah untuk dipahami.

Ketika charging case dibuka, semua perangkat di dalam otomatis aktif, termasuk transmitter yang layarnya langsung menunjukkan tingkat baterai sekaligus durasi penyimpanan pada masing-masing transmitter—ya, DJI Mic 3 memiliki memori penyimpanan 32GB yang bisa rekam file audio 24-bit (single file) sampai lebih dari 57 jam. Memori yang sudah sangat lega, jadi nggak perlu terlalu sering memindahkan hasil rekaman ke penyimpanan lain.

Angkat masing-masing perangkat, dan secara otomatis standby, siap untuk diaktifkan. Pada masing-masing transmitter, juga ada tombol power untuk memulai/hentikan perekaman sampai mengaktifkan noise cancelling, serta tombol link khusus. Yang lebih penting, tentu receiver DJI Mic 3. Di sisi atas, terdapat sebuah layar kecil dengan panel OLED yang punya input sentuh.

Walaupun terlihat sangat kecil, DJI menyajikan tampilan antarmuka dan gestur yang membuat saya bisa mengoperasikan fiturnya secara mudah menggunakan jari—atau juga bisa terbantu dengan tombol dial di sebelah kanannya. Mulai dari pemilihan kualitas audio, mengaktifkan opsi lossless hingga lainnya.

Fitur

Bagian ini menurut saya bisa menjadi salah satu justifikasi utama mengapa harga DJI Mic 3 relatif mahal, atau bisa dianggap sebagai mikrofon nirkabel kelas flagship. Karena setelah dilihat satu persatu dari fitur yang ditawarkan, benar-benar komplit dan cocok untuk penggunaan tingkat profesional. Mulai dari kustomisasi sampai kualitas audio yang bisa didapat.

Mungkin membahas tiga fitur baru DJI Mic 3 yang paling berguna bagi saya dan rasanya banyak pengguna mainstream; Adaptive Gain Control, voice tone presets, dan noise cancelling. Yang terakhir tentu sudah umum didengar ya, di mana DJI Mic 3 bisa kasih dua opsi tingkatan berbeda. Untuk voice tone presets, kamu bisa set ke “Rich” untuk output suara yang terdengar lebih berat/nge-bass sedikit, atau “Bright” yang lebih mengedepankan clarity. Fitur yang memudahkan, nggak perlu edit secara manual.

Nah, untuk Adaptive Gain Control, bisa mencegah hasil perekaman audio jadi kurang seimbang kalau ada sumber suara yang tiba-tiba kencang (mungkin dalam situasi seperti suasana luar ruangan). Ada dua mode yang bisa dipilih, yakni Automatic yang pas digunakan di hampir semua skenario, atau Dynamic yang pas untuk latar indoor pada sebuah studio misalnya.

Selain tiga fitur di atas, tentu ada opsi untuk rekam suara dalam format mono atau stereo. Juga ada opsi “dual track” yang memungkinkan DJI Mic 3 untuk hasilkan dua output berbeda—versi yang lebih raw, dan yang sudah ditingkatkan dengan opsi voice enhancement pilihan di atas. Sela…

Konten dipersingkat otomatis.

đź”— Sumber: www.gizmologi.com


🤖 Catatan MAROKO133

Artikel ini adalah rangkuman otomatis dari beberapa sumber terpercaya. Kami pilih topik yang sedang tren agar kamu selalu update tanpa ketinggalan.

✅ Update berikutnya dalam 30 menit — tema random menanti!

Author: timuna