📌 MAROKO133 Breaking gadget: OpenAI Uji Coba Fitur Group Chat di ChatGPT, Kolabora
Jakarta, Gizmologi – OpenAI resmi memulai uji coba group chat di ChatGPT, sebuah fitur baru yang dirancang agar pengguna bisa berdiskusi dan berkolaborasi dalam satu ruang bersama, baik dengan keluarga, teman, maupun rekan kerja. Langkah ini menandai evolusi ChatGPT dari sekadar asisten personal menjadi alat komunikasi kolaboratif yang lebih fleksibel. Terlebih di era kerja hibrida seperti saat ini, kebutuhan akan ruang diskusi yang dinamis dan berbasis AI memang semakin besar.
Namun, hadirnya fitur ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana AI berperan dalam percakapan multi-pengguna, apakah ChatGPT akan menjadi fasilitator, penjawab, atau bahkan “pengganggu” jika salah waktu merespons? OpenAI mengantisipasi hal ini dengan pembaruan social behaviors pada ChatGPT 5.1 Auto, memungkinkan AI mengerti kapan harus berbicara dan kapan harus diam. Meski demikian, dinamika percakapan kelompok tentu lebih kompleks daripada percakapan satu lawan satu, sehingga pengujian awal ini akan menjadi penentu bagaimana fitur berkembang ke depannya.
Di sisi lain, hadirnya group chat juga menambah kekhawatiran klasik: privasi. Banyak pengguna bertanya-tanya apakah ChatGPT akan menyimpan memori percakapan antaranggota atau menggabungkan data ini dengan konteks personal mereka. OpenAI menyatakan bahwa memory pribadi tidak dipakai dalam group chat dan ChatGPT tidak akan membuat memori baru dari percakapan tersebut. Pernyataan ini cukup menenangkan, meski tetap menyisakan ruang bagi pengguna untuk skeptis—terutama mengingat rencana OpenAI menambah kontrol granular di masa depan.
Cara Kerja Group Chat dan Kemampuan Baru ChatGPT
Fitur group chat ini dibuat cukup sederhana. Pengguna bisa mengetuk ikon “orang” di pojok kanan atas percakapan baru atau lama, lalu mengundang anggota lain. Ketika undangan diterima, sistem otomatis membuat salinan percakapan ke ruang grup baru agar chat lama tidak bercampur. OpenAI mengizinkan hingga 20 anggota untuk bergabung melalui tautan undangan, dan siapa pun di grup dapat membagikan tautan tersebut kecuali menghapus kreatornya.
Setiap pengguna yang masuk grup akan diminta membuat profil berisi nama, username, dan foto untuk mempermudah identifikasi percakapan. Grup ini kemudian muncul di sidebar, dan anggota dapat melihat siapa saja yang ada di dalamnya serta keluar kapan pun. Menariknya, ChatGPT juga bisa merespons dengan emoji atau merujuk ke foto profil anggota, membuat percakapan terasa lebih natural dan tidak sekaku AI tradisional.
Dari sisi teknis, respons ChatGPT dalam grup menggunakan sistem ChatGPT 5.1 Auto, yakni model yang memilih versi GPT terbaik yang tersedia sesuai langganan anggota yang ditanya. Artinya, apabila seorang member yang berlangganan Pro bertanya kepada ChatGPT, respons akan menggunakan model tertinggi yang mereka miliki. Namun, di sinilah ada sedikit potensi masalah: batasan penggunaan (rate limit) hanya berlaku pada orang yang mendapatkan respons ChatGPT, bukan pada seluruh grup. Dalam skenario diskusi yang berlangsung cepat, ini bisa membuat pengguna paket Free lebih cepat kehabisan kuota respons dibanding pengguna lain.
Isu Privasi, Moderasi, dan Ketersediaan Fitur
OpenAI menegaskan bahwa privasi adalah prioritas dalam fitur ini. Selain memastikan bahwa memori personal tidak digunakan, sistem juga mengaktifkan moderasi otomatis apabila ada anggota di bawah usia 18 tahun. Dalam kasus itu, ChatGPT akan menurunkan paparan konten sensitif untuk seluruh anggota grup. Fitur ini positif untuk keamanan, tetapi bisa terasa membatasi bagi pengguna dewasa, terutama dalam diskusi profesional yang mungkin membutuhkan pembahasan tertentu yang dianggap sensitif oleh sistem.
Selain itu, kemampuan grup untuk menghapus anggota lain, kecuali pembuat grup, memberi fleksibilitas tapi juga berpotensi memicu dinamika sosial yang rumit. Dalam konteks profesional, misalnya, fitur ini bisa disalahgunakan jika tidak ada aturan internal yang jelas. Belum lagi fakta bahwa ChatGPT dapat membaca seluruh percakapan grup untuk “memahami konteks”, meskipun tidak menyimpannya sebagai memori, dan ini tetap menjadi area abu-abu yang mungkin menimbulkan kekhawatiran bagi sebagian pengguna atau perusahaan.
Untuk saat ini, fitur group chat baru tersedia bagi pengguna ChatGPT Free, Go, Plus, dan Pro di empat negara awal: Jepang, Taiwan, Selandia Baru, dan Korea Selatan. OpenAI berencana memperluas jangkauan setelah mengumpulkan masukan awal. Dari sisi adopsi global, peluncuran bertahap seperti ini masuk akal, terutama karena fitur melibatkan dinamika percakapan multi-pengguna yang jauh lebih sulit dikontrol dibanding chat pribadi.
Fitur group chat di ChatGPT adalah langkah ambisius yang menunjukkan bahwa OpenAI ingin membawa AI lebih dekat ke dinamika komunikasi sehari-hari — bukan hanya sebagai asisten, tetapi sebagai bagian aktif dari percakapan kelompok. Fitur ini menawarkan banyak potensi, terutama untuk kolaborasi, brainstorming, dan diskusi informal.
Namun, tantangannya juga besar. Pengalaman pengguna masih harus dibuktikan, privasi tetap menjadi isu sensitif, dan dinamika penggunaan kuota model bisa menjadi masalah bagi pengguna non-premium. Meski demikian, ini adalah evolusi penting bagi platform AI terbesar saat ini—dan bagaimana hasilnya nanti akan sangat bergantung pada bagaimana OpenAI menyesuaikan fitur ini berdasarkan masukan pengguna di tahap awal.
Artikel berjudul OpenAI Uji Coba Fitur Group Chat di ChatGPT, Kolaborasi Jadi Lebih Mudah yang ditulis oleh Christopher Louis pertama kali tampil di Gizmologi.id
đź”— Sumber: www.gizmologi.com
📌 MAROKO133 Hot gadget: SCUF dan Oracle Red Bull Sim Racing Hadirkan Koleksi Kontr
Jakarta, Gizmologi –Â Setelah gelaran F1 Grand Prix Brazil pekan lalu, SCUF Gaming resmi meluncurkan SCUF Valor Pro Wireless dalam desain khusus Oracle Red Bull Sim Racing. Koleksi ini juga mencakup SCUF Reflex Pro untuk PlayStation 5 dan SCUF Envision untuk PC, semuanya hadir dengan tampilan visual yang mencerminkan identitas Oracle Red Bull Racing.
Peluncuran ini merupakan bagian dari kerja sama multi-tahun antara SCUF dan Oracle Red Bull Sim Racing, tim yang dikenal mendominasi kompetisi sim racing dan kompetitif Formula One. Secara strategis, kolaborasi ini menggabungkan reputasi SCUF dalam dunia kontroler kompetitif dengan branding motorsport yang sedang berada di puncak popularitas global. Bagi komunitas sim racer, perangkat khusus seperti ini memang punya daya tarik tersendiri karena memadukan estetika F1 dengan fitur kompetitif tingkat tinggi.
Namun, seperti biasanya pada kontroler premium, harga menjadi salah satu aspek yang paling mencolok. SCUF Valor Pro Wireless dibanderol mulai dari $179.99 (Rp2.900.000) dan model yang kompatibel luas bahkan mencapai $189.99 (Sekitar Rp3.100.000 jika dikonversikan menjadi kurs Rupiah). Meski fitur dan kualitasnya di atas standar kontroler biasa, harga ini jelas tidak ramah bagi gamer kasual. Dengan banyaknya kompetitor seperti Xbox Elite Series 2 atau DualSense Edge yang juga menawarkan fitur kelas atas, SCUF harus membuktikan bahwa kolaborasi bertema F1 ini bukan sekadar tampilan mewah dengan harga tinggi.
Baca Juga:Â Controller Baru Call of Duty, Tawarkan Fitur Melebihi Controller Standar
Fokus pada Performa
SCUF memasarkan koleksi ini dengan filosofi yang mirip dengan dunia Formula 1: presisi menentukan kemenangan. Karena itu, mereka membekali Valor Pro Wireless dengan sejumlah fitur teknis yang fokus pada kecepatan respons dan kendali maksimal. Salah satu fitur utama adalah Hall Effect TMR Thumbsticks, yang menawarkan presisi tinggi dan ketahanan lebih lama dibanding thumbstick konvensional. Teknologi ini juga membantu mencegah masalah “stick drift”, sebuah isu yang kerap dikeluhkan pengguna kontroler premium.
Kontroler ini juga menyediakan empat paddle belakang yang bisa dikonfigurasi ulang, mendukung hingga tiga profil berbeda. Desain paddle sudah diatur agar pengguna bisa tetap menjaga jempol di thumbstick, menghemat sepersekian detik yang penting dalam permainan kompetitif maupun sim racing. SCUF juga menonjolkan desain ergonomis berbasis pengalaman 14 tahun untuk memaksimalkan kenyamanan pengguna pada sesi bermain panjang—suatu hal yang penting bagi gamer yang terbiasa bermain berjam-jam.
Di luar itu, kontroler ini mendukung Tri-Mode Connectivity: PC Mode dengan polling rate 1000 Hz, koneksi Xbox wired/wireless, serta Bluetooth untuk perangkat non-Xbox lain. Pendekatan multi-platform ini merupakan nilai jual besar bagi gamer yang bermain di berbagai ekosistem. Namun realitanya, fitur sebanyak ini juga berarti semakin kompleks bagi pengguna baru. Tanpa pembiasaan, banyak opsi kustomisasi justru berpotensi membingungkan, terutama dengan aplikasi pendamping yang baru akan hadir “segera”—dan belum pasti tersedia lengkap sejak hari pertama.
Kolaborasi Global, Identitas F1 yang Lebih Dekat ke Gamer
Koleksi Oracle Red Bull Sim Racing x SCUF bukan sekadar lini produk. SCUF akan menjadi kontroler resmi Oracle Red Bull Racing dan tim sim racing mereka. Branding SCUF akan muncul di mobil virtual, jersey, hingga berbagai konten game yang dibuat bersama tim tersebut. Jajaran pembalap sim profesional seperti Jarno Opmeer dan Frederik Rasmussen dipastikan akan menggunakan perangkat ini pada ajang Formula One Sim Racing World Championship mendatang, memperkuat legitimasi produk di mata komunitas kompetitif.
Secara estetika, desain eksklusif bertema Oracle Red Bull Racing menawarkan daya tarik sendiri bagi penggemar F1. Dari warna biru gelap, aksen merah-kuning, hingga detail branding, perangkat ini memang dirancang agar mencerminkan identitas tim juara dunia. SCUF juga menyediakan opsi kustomisasi dan desain kreator tambahan sehingga pengguna bisa memiliki kontroler yang benar-benar mencerminkan gaya mereka.
Meski begitu, ada catatan penting: estetika F1 bukan jaminan performa lebih baik daripada kontroler flagship lain di pasar. Pengguna tetap harus mempertimbangkan fungsi, kenyamanan, kompatibilitas perangkat, serta ketersediaan suku cadang seperti thumbstick atau paddle replacement. Bagi sebagian orang, daya tariknya mungkin sepenuhnya pada desain dan kolektibilitas, bukan fitur teknis yang sudah mirip dengan perangkat SCUF sebelumnya.
Kolaborasi SCUF dan Oracle Red Bull Sim Racing menawarkan kombinasi menarik antara teknologi kontroler kompetitif dan identitas motorsport kelas dunia. Produk seperti Valor Pro Wireless hadir dengan fitur premium, kemampuan kustomisasi mendalam, dan desain eksklusif yang membuatnya menonjol di pasar kontroler high-end.
Namun, seperti perangkat SCUF lainnya, harga tetap menjadi penghalang terbesar. Dengan banderol hampir $200, kontroler ini jelas menyasar gamer kompetitif, kolektor F1, atau komunitas sim racer yang benar-benar membutuhkan presisi ekstra. Untuk gamer umum, kontroler kompetitif dari platform resmi mungkin menawarkan nilai yang lebih baik.
Pada akhirnya, SCUF berhasil menghadirkan perangkat yang layak diperhitungkan oleh mereka yang mengejar performa dan gaya. Tetapi apakah fitur dan desain F1 itu sebanding dengan harga premium? Jawabannya akan kembali pada kebutuhan dan preferensi masing-masing pemain—seperti halnya strategi pit stop dalam balapan sebenarnya.
Artikel berjudul SCUF dan Oracle Red Bull Sim Racing Hadirkan Koleksi Kontroler Khusus yang ditulis oleh Christopher Louis pertama kali tampil di Gizmologi.id
đź”— Sumber: www.gizmologi.com
🤖 Catatan MAROKO133
Artikel ini adalah rangkuman otomatis dari beberapa sumber terpercaya. Kami pilih topik yang sedang tren agar kamu selalu update tanpa ketinggalan.
✅ Update berikutnya dalam 30 menit — tema random menanti!
